Sabtu, 02 Desember 2023

BELAJAR FILSAFAT BAGIAN 1

 

BELAJAR FILSAFAT BAGIAN 1

Oleh : Louis Osgood Kattsoff



Jika seorang budak dipukul badannya, setidaknya, ia akan sembuh walau dalam jangka waktu tertentu. Jika seorang budak diminta mengerjakan sesuatu hal, ia akan mengeluarkan tenaganya. Inilah perbudakan ragawi. Setidaknya ia bebas berpikir dan mengutarakan pikirannya.

Namun jika seorang warga negara tidak diperbolehkan menyampaikan kritik kepada pemerintah, bahkan pikirannya dicuci dengan paksa hingga ia tidak lagi memiliki pikiran-pikiran rasional, maka ini disebut perbudakan akali. Akalnya dihancurkan, akalnya dipenjara, akalnya disiksa, hingga mati rasa. Ia tidak bebas berpikir, karena pikirannya telah dikerdilkan hingga ia tidak mampu lagi mencapai aktualisasi berpikir.

Perbudakan akali jauh lebih kejam daripada perbudakan ragawi.

 

A. Apakah Itu Sebenarnya Filsafat?

Banyak orang berusaha belajar filsafat dengan bersusah-payah. Namun banyak juga yang pada akhirnya kecewa karena belajar filsafat. Mari kita ibaratkan dengan tukang roti yang sedang membuat roti. Jika dianalogikan, maka ilmu filsafat bukanlah kegiatan membuat roti, namun lebih kepada kegiatan menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan untuk memasak roti. Jika anda mencari jawaban akhir mengenai hidup ini dengan belajar filsafat, maka hasilnya sangat mengecewakan. Filsafat adalah sebuah sistem berpikir yang kita sendiri dapat merancangnya. Tentu saja hal ini dapat membantu kita memecahkan berbagai persoalan hidup yang kita hadapi. Filsafat membantu kita untuk berpikir nalar secara lurus dan baik, memurnikan segala pikiran kita, membuat pikiran kita menjadi seolah-olah seperti anak kecil yang baru terlahir ke dunia ini tanpa embel-embel apapun.

Secara sederhana, tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin yang dihasilkan oleh ide-ide manusia, lalu kemudian menilai atau mengkritisi pengetahuan itu, menemukan hakikatnya, dan mengembangkannya dalam bentuk pola berpikir yang sistematis dan runtut. Oleh sebab itu filsafat menggiring kita kepada pemahaman hidup. Filsafat menyadarkan kita sehingga kita siap dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan pencapaian hakikat hidup.

Tahun 399 sebelum masehi, tokoh besar filsafat Yunani akan mendapati dirinya masuk pengadilan. Ia adalah Socrates. Socrates divonis hukuman mati karena ia dituduh merusak jiwa anak muda di Athena, Yunani. Semenjak anak-anak muda belajar kepada Socrates, mereka lantas menjadi pribadi-pribadi yang sangat kritis terhadap segala macam aspek kehidupan, termasuk kehidupan beragama. Anak-anak muda Athena mulai mempertanyakan tentang dewa-dewi dan berbagai konsep ketuhanan lainnya. Orangtua yang merasa keberatan kemudian mengajukan Socrates kepada pengadilan. Pengadilan kemudian memberikan vonis hukuman mati kepada Socrates dengan cara memberinya minuman beracun.

Namun Socrates memiliki banyak teman-teman yang keluarganya sangat berpengaruh di bidang politik. Mereka meyakini bahwa Socrates tidak layak mendapat hukuman sekejam itu. Oleh karena itu mereka bersedia menyuap penjaga penjara dengan uang yang besar agar dapat membiarkan Socrates melarikan diri. Mereka juga bersedia membantu Socrates dengan biaya hidup di tanah pengasingan. Bagi manusia pada umumnya, tentu ini adalah kesempatan besar. Namun tidak bagi Socrates. Ia tidak akan menerima tawaran teman-temannya itu sebelum mereka mampu meyakinkan dirinya bahwa perbuatan melarikan diri dari jeratan hukum adalah sesuatu yang layak atau tidak. Maka ia duduk bersama teman-temannya dan mulai membicarakan beberapa kemungkinan baik buruknya jika ia melarikan diri. Terjadilah adu argumentasi disitu. Teman-temannya mulai memberikan alasan-alasan yang masuk akal mengenai kabur dari penjara. Namun Socrates juga memberikan alasan-alasan yang tidak menyetujui rencana ini.

Pada akhirnya, teman-temannya kalah dalam argumentasi ini. Mereka memutuskan untuk tidak membantu Socrates melarikan diri dari penjara. Maka Socrates tetap di penjara, sampai hukuman mati mendatanginya, dengan meminum racun. Walau Socrates juga ingin menghirup kebebasan, namun ia tetap tidak mau menerima kebebasan jika kebebasan itu didapatkan dengan cara yang pada akhirnya justru mengurung kebebasannya, yaitu menjadi buronan.

Lukisan berjudul "The Death of Socrates" karya Jacques-Louis David (1787). Socrates dikunjungi oleh teman-temannya pada malam terakhirnya di penjara. Diskusinya dengan mereka membahas topik "Crito And Phaedo" karya Plato.

Maka, filsafat adalah suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran mengenai suatu masalah, yang disusun secara sistematis agar menghasilkan sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan atau perilaku. Kegiatan filsafat adalah kegiatan berpikir atau merenung. Berpikir yang dimaksud adalah meragukan segala sesuatu, mengajukan berbagai pertanyaan, menghubungkan ide-ide antara satu dengan yang lainnya. Pertanyaan mendasar adalah “Mengapa?” dan “Bagaimana?” serta “Apakah ini?”. Filsafat sebagai permenungan berusaha untuk menjelaskan dan meruntutkan akan keadaan memadainya suatu pengetahuan agar kita dapat memperoleh pemahaman.

Ada sebuah cerita seorang Filsuf yang pergi kepada dokter untuk memeriksakan kesehatannya. Filsuf berkata kepada dokter,

“Sepertinya saya tidak akan pernah bisa menjadi dokter yang baik, karena derita orang sakit membuat saya sedih dan gundah”.

Dokter membalasnya, “Anda seorang Filsuf, anda harus memandang segala sesuatu dari segi kefilsafatan”.

Dokter berusaha menjelaskan bahwa kita tidak seharusnya mengkhawatirkan segala sesuatu, melainkan terimalah segala sesuatu sesuai dengan apa yang harus diterima. Kita analogikan seperti sebuah buku. Sebuah buku memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai bagi setiap orang yang membacanya. Namun jika maju misalnya seratus tahun kedepan, siapa orang yang akan memperhatikan anda bahwa anda membaca buku itu atau tidak?

Tentu tidak ada orang yang memperhitungkan siapa saja manusia yang membaca buku itu, namun ilmu dalam buku itulah yang akan diperhitungkan sampai beratus bahkan beribu tahun lamanya.

Secara umum seorang Filsuf dianggap sebagai orang yang memandang segala sesuatu dari sudut pandang keabadian pikiran. Oleh karena itu mereka menemukan kenyataan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan manusia itu tidak ada pentingnya. Maka Filsuf dianggap sebagai orang yang memandang manusia sebagai sesuatu yang tidak berarti, oleh karena itu mereka terkesan acuh tak acuh terhadap segala masalah dan situasi. Sebenarnya orang-orang yang menilai Filsuf seperti ini adalah mereka yang secara khusus memandang filsafat hanya dari segi teori.

Kegiatan filsafat adalah berpikir dan merenung, tapi bukan melamun. Kegiatan filsafat juga bukan asal berpikir untung-untungan. Merenung filsafat adalah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup ini, maupun untuk memahami diri kita sendiri. Merenung filsafat adalah bertanya secara kritis kepada diri sendiri. Perenungan filsafat adalah sejenis percakapan yang dilakukan dengan diri sendiri atau dengan orang lain. Itu sebabnya seorang Filsuf selalu berhubungan dengan polemik, lebih menaruh perhatian kepada merusak dan menentang pemikiran umum daripada membangun pikiran.

Pemikiran filsafat berarti mencoba untuk menguji pengalaman, kenyataan empiris, dan akal menjadi sebuah kesatuan yang dapat diambil kesimpulannya. Sebagai contoh, ada pandangan filsafat yang mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh hanya melalui pengalaman saja, ini disebut empirisisme. Sementara yang lain mengatakan bahwa pengetahuan didapat melalui akal pikiran, ini disebut rasionalisme. Kedua pemikiran ini dapat diuraikan secara panjang lebar hingga salah satunya terbukti salah, atau tercapai suatu sintesa. Memang, sebenarnya lebih mudah bersikap kritis dan destruktif daripada bersikap konstruktif secara koheren (berhubungan atau bersangkut paut).


B. Ciri-Ciri Berpikir Filsafat

Harus memiliki konsep. Merenung filsafat berarti berusaha untuk menyusun kerangka berpikir yang konsepsional. Konsepsi atau rencana kerja adalah hasil dari pengalaman-pengalaman tentang hal-hal atau proses hidup satu per satu. Filsafat merupakan hasil dari “Menjadi” – sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri adalah seorang pemikir, dan kritisnya manusia terhadap dirinya sendiri sebagai pemikir didalam dunia yang dipikirkannya itu. Maka seorang Filsuf tidak hanya berbicara tentang dunia yang ada di sekitarnya serta dunia yang ada dalam dirinya sendiri, tapi juga membicarakan kegiatan berpikir itu sendiri. Maksudnya, bagaimanakah pemikiran itu mampu membawanya pada kesimpulan yang baik, dan dengan cara apa agar mencapai kesimpulan yang baik itu.

Saling hubung antara jawaban. Biasanya kesulitan menyangkut pertanyaan yang membutuhkan pemikiran tentang proses berpikir mulai muncul, segera setelah seseorang berusaha untuk menjawab salah satu diantara pertanyaan. Dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran, manusia harus terlebih dahulu menemukan apakah yang dimaksud dengan kenyataan. Sebagai contoh, untuk mengetahui apa itu makna kebijaksanaan (wisdom), manusia harus terlebih dahulu mencari penyelesaian mengenai pertanyaan tentang kemerdekaan berpikir dan berkehendak (free will). Ujungnya mau tidak mau, akan membawa kita kepada pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai susunan kehidupan manusia (ontologi) dan susunan dunia tempat kita hidup ini (kosmologi). Bagaimana mungkin seseorang dikatakan bersifat bijaksana dan merdeka, jika dunia ini sendiri merupakan sebuah sistem yang “sudah tentu” (deterministik)? Bagaimana mungkin seseorang dikatakan bijaksana, jika ia tidak lebih hanyalah sesuatu yang tidak berarti, yang ditentukan oleh hukum-hukum alam yang tetap dan berlaku tidak terputus?

Salah satu metode analisa filsafat yang baik (dan juga yang tertua)  adalah dialog. Dialog menggambarkan adanya antarhubungan yang hakiki (substansif) diantara semua pertanyaan yang diajukan. Sebagai contoh jika ada pertanyaan, “Apakah itu keadilan? Mengapa dinamakan keadilan? Mengapa harus ada keadilan? Seberapa penting keadilan? Bagaimana jika keadilan adalah sesuatu yang tidak terlalu penting untuk dipertahankan?”, Socrates dan teman-temannya secara berturut-turut mengemukakan banyak pendapat dan pertanyaan. Dimulai dari hakikat pengetahuan sampai kepada pertanyaan tentang pendidikan dalam masyarakat umum. Semuanya dilakukan dalam bentuk percakapan dan dengan jalan pemikiran yang runtut serta sistematis untuk memikirkan masalah yang terkandung didalam topik mengenai keadilan itu sendiri.

1 komentar:

Berikan Komentar :

DIRGAHAYU GERAKAN PRAMUKA KE-64 & DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-80

  HUT Gerakan Pramuka ke-64 tahun 2025 14 Agustus 1961 14 Agustus 2025 HUT Republik Indonesia ke-80 tahun 2025 17 Agustus 1945 17 Agustus 20...