Tema : Pembentukan Karakter Fundamental Pancasila
Judul : "Moral dan Etika Dalam Laku Hidup Pramuka Penegak"
SALAM PRAMUKA !!!
Apakah itu moral dan apakah itu etika? Terlebih dahulu haruslah kita mengerti maksud dari kedua kata tersebut, dan apa hubungannya dengan jati diri kita sebagai Pramuka Penegak. Dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) tingkat Penegak Bantara dan Laksana, nilai-nilai moral dan etika benar-benar diprioritaskan menjadi standar kompetensi siswa didik.
Sebagai contoh untuk Bantara:
- SKU Bantara nomor 1 menuntut siswa didik untuk dapat memahami makna-makna hidup beragama sesuai dengan agama yang dianut masing-masing siswa didik. Itu adalah ajaran Moral.
- SKU Bantara nomor 2 sampai 4 menuntut siswa untuk mampu mengamalkan hidup bersosial melalui musyawarah yang sehat. Itu adalah ajaran Etika.
- SKU Bantara nomor 6 menuntut siswa untuk dapat memberikan kontribusi bagi kelangsungan hidup Gugus Depan melalui Dana Bhakti, dengan ketentuan bahwa Dana Bhakti tersebut diperoleh dari usaha sendiri. Itu adalah ajaran Etika.
Sebagai contoh untuk Laksana:
- SKU Laksana nomor 1 sama dengan Penegak Bantara.
- SKU Laksana nomor 2 sampai 4 menuntut siswa untuk dapat menjadi pengamat, pengambil keputusan, pemberi solusi, dan penengah (netral) dalam hidup bermusyawarah. Itu adalah Etika.
- SKU Laksana nomor 6 sama.
- SKU Laksana nomor 7 menuntut siswa untuk dapat mengimplementasikan nilai-nilai dasar kepemimpinan dan mampu menyusun risalah dari forum diskusi yang dipimpinnya. Itu adalah Etika.
Nah,
sekarang pertanyaannya adalah apakah si “Moral” dan si “Etika” itu sama?
MORAL adalah nasihat-nasihat, khotbah, patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan, baik secara lisan atau tertulis. Biasanya isinya mengajarkan manusia untuk hidup baik dalam setiap perkataan dan perbuatan. Nah, ajaran moral itu datang karena ada “seseorang” atau “oknum” yang membuat serta menyebarkan ajaran itu, misalnya moral dan adat Jawa dibuat oleh raja-raja dan sultan-sultan Jawa dari jaman dahulu. Yang termasuk dalam kajian moralitas adalah Budaya, Agama, dan Status Sosial.
Lalu
bagaimana dengan Etika?
ETIKA justru mencari
jawaban terhadap hal-hal yang ada pada ajaran moral tadi. Etika adalah ilmu
pengetahuan yang ilmiah, memiliki sebuah standar pengukuran yang jelas dan
terstruktur, dan bukannya suatu ajaran. Selama ini, yang mengajarkan kita
tentang bagaimana kita harus hidup di masyarakat bukanlah etika, tapi justru
ajaran moral yang kita terima dari kecil. Disini, etika berusaha menggali, “Kenapa sih kok saya mengikuti ajaran selama
ini? Apa sih maknanya saya melakukan ajaran moral bagi saya dan orang lain?”.
Dari segi menilai moral. Apa yang biasa orang lihat dan orang nilai, sejauh mana moral kita. Dilihat dari:
- Latar belakang keluarganya, pendidikan sejauh apa, taraf hidup (kaya & miskin), apa agamanya, bagaimana status sosialnya di masyarakat, ketaatannya dalam nilai-nilai budaya.
- Benar atau salahnya tindakan seseorang diukur dari aspek-aspek ini. Sifatnya lebih ortodoks dan konservatif, maksudnya terlalu kaku. Penilaian ini secara turun-temurun telah menjadi semacam kristal yang terus-menerus mengendap membentuk kristal baru.
Dari segi menilai etika. Apa yang biasa orang lihat dan orang nilai, sejauh mana etika kita. Dilihat dari:
Peraturan atau hukum yang telah ditetapkan sedemikian rupa. Sebagai contoh, Hukum Konstitusi adalah salah satu pegangan dan pedoman hidup bagi setiap orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika.
Benar atau salahnya seseorang diukur dari segi-segi hukum konstitusi yang telah ditetapkan dalam sebuah musyawarah yang berdasar pada undang-undang konstitusional. Sifatnya dinamis dan fleksibel seturut perkembangan jaman. Cepat datang, cepat pula surut atau digantikan dengan yang baru.
Pentingkah mempelajari “Moral” dan “Etika” bagi kita?
Jawabannya adalah, TERGANTUNG masing-masing individu ...
Sebagai
contoh, apakah saya akan memberikan obat sakit bisul kepada orang yang tidak
sakit bisul? Tentu tidak, sebab tidak ada kepentingannya
... percuma. Namun apabila saya berikan kepada orang yang
memang sakit bisul, maka hal itu tepat, sebab si orang yang sakit bisul memang
sadar bahwa dirinya sedang sakit bisul dan butuh obat penyembuh bisul (urgen).
SEKARANG MARILAH KITA BERTANYA PADA DIRI KITA SENDIRI ... KITA MERASA ATAU TIDAK BAHWA NEGARA KITA SEDANG SAKIT? APAKAH SEDANG SAKIT YANG KRONIS, KOMPLIKASI, AMPUTASI, CACAT, ATAU BAHKAN BISA MATI PERLAHAN?
Maka yang
menjadi tajuk pertanyaan kita dalam kehidupan Gerakan Pramuka ini adalah, ... Apakah
kita mau hidup di negara ini dengan “ala kadarnya” ?!?! ... ataukah kita mau menjalani hidup di negara
ini dengan “makna-makna hidup” berbangsa dan bernegara yang penuh dengan
keindahan ?!?! ... lalu apa saja penyakit di negara kita?
Jika kita lihat
bersama, banyak kasus-kasus di media massa mengenai tindak-tindak pidana
pemerkosaan anak dibawah umur, pembunuhan sadis, orangtua membunuh anaknya
sendiri, anak membunuh orangtuanya sendiri, main hakim sendiri (contoh kasus
pembakaran seorang yang diduga pencuri amplifier masjid oleh massa), tindak bullying mayoritas terhadap minoritas,
tindak makar, tindak korupsi, narkoba, pembegalan sadis
yang tidak mengenal belas kasihan, kesenjangan yang sangat bertolak belakang
antara warga negara yang kaya dan yang miskin, premanisme merajalela, dan lain
sebagainya.
Apakah kita
mau menjadi bagian dari “penyakit-penyakit” ini ??? ...
Lalu apa sih urgensinya
belajar moral dan etika? Apa sih pentingnya sampai kami harus belajar dan
memahami betul-betul tentang laku hidup ber-moral dan ber-etika?
Pertama: Kita
hidup dalam masyarakat yang pluralistis, berbeda suku/etnis, agama, ideologi,
tatanan masyarakat, dan sebagainya. Otomatis kita akan mendapatkan banyak
sekali pendapat-pendapat atau pandangan argumentasi dari banyak orang, dan
setiap orang akan mengklaim atau mengatakan bahwa pendapatnya itu benar. Kita
yang ada ditengah-tengah situasi tersebut mau berbuat apa? ...
Kedua: Kita
hidup dalam perkembangan globalisasi yang dinamakan “Modernisasi”. Dahulu tidak
ada alat canggih macam Smartphone,
Tab, Android, Laptop, dan sebagainya. Sekarang sangat berbeda, bahkan di
penjuru pelosok-pelosok desa ataupun pulau terpencil pun sudah memiliki barang
canggih. Otomatis persaingan untuk menjadi orang yang “up to date” bermunculan, dimulai dengan gadget baru, baju baru (fashion),
kendaraan baru, memiliki pasangan hidup yang mapan, dll. Nah,
hal-hal ini membuat manusia jadi semakin serakah/tamak, konsumerisme,
individualisme, materialisme, dan sebagainya. Yang mana semuanya itu mengubah
total tradisi tatanan budaya maupun agama.
Ketiga: Bahaya yang paling parah adalah, akan
bermunculan orang-orang yang mulai menawarkan “jalan pintas” menuju kebahagiaan
dan kemakmuran hidup. Mereka ini (oknum-oknum) menawarkan ideologi mereka,
sebagai ideologi yang membebaskan umat manusia dari penderitaan, mengaku-ngaku
sebagai “satrio piningit” dan membuat orang lain tertarik untuk mengikutinya.
Perhatikan gambar tabel diatas ini. Di dalam menerapkan
hidup moral dan etika bernegara, hal yang sangat penting untuk dikendalikan dan
diatur adalah KEBEBASAN INDIVIDU. Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap warga negara untuk melakukan segala sesuatu yang
menjadi kebutuhan, selama hal itu pun juga diatur dalam undang-undang (secara
konstitusi), misalnya hak untuk memeluk agama atau memilih agama (apabila sudah
dewasa), hak untuk memperoleh keamanan (Polisi & TNI), hak untuk
berkeluarga dan memiliki keturunan, hak untuk menjadi pegawai negara, hak untuk
menyampaikan pendapat di muka umum, hak untuk mengkritisi pemerintah, dll.
Negara menjamin kemerdekaan atau kebebasan warga negara ini seluas-luasnya.
Namun apakah
kebebasan ini juga tidak beresiko? ...
Contoh
Cerita Kebebasan Individu (1)
Kemarin malam saya
makan di warteg (warung tegal) depan kampus, saat saya selesai makan saya
bertanya pada pemilik warteg berapa jumlah harga makanan yang saya makan, dan
harga seluruhnya adalah Rp. 20.000; termasuk minuman. Saya sodorkan uang Rp.
50.000; dan si pemilik warteg memberikan saya kembaliannya. Saya langsung ambil
uang itu tanpa menghitung dulu jumlahnya (karena buru-buru). Saat
di jalan, saya menghitung bahwa si pemilik warteg memberikan uang kembalian
sejumlah Rp. 80.000; dan saya terkejut, “Si
pemilik warteg mengira uang yang saya bayar Rp. 100.000; maka dia berikan saya
uang kembalian Rp. 80.000”. Dari situ saya berpikir, “Wah, rejeki nih, udah makan enak dikasih duit lagi sama pemilik
warteg”. Tapi tiba-tiba ada yang menegur saya dari dalam hati, “Janganlah kamu begitu, jujurlah! Coba
pikirkan si pemilik warteg tadi yang mengalami kerugian, dia bekerja dengan
halal untuk mencukupi keluarganya! Tegakah kamu?”.
Contoh
Cerita Kebebasan Bersama (2)
Anda punya flat
apartemen pribadi seluas 30 kali 20 meter. Lalu anda pasang lagu “Seize The Day” dari grup band Avenged Sevenfold dengan volume yang sangat
keras sekali. Tetangga sebelah apartemen kiri dan kanan anda datang serta marah-marah
dan mengatakan bahwa anda mengganggu kenyamanan orang lain, anda balas berkata,
“Lho, suka-suka saya dong, ini kan di
dalam apartemen saya!”. Tiba-tiba
satu jam kemudian anda digelandang ke kantor security dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum. Nah, apakah itu
kebebasan bagi anda? Salahkah anda? Padahal anda menyetel lagu itu di flat apartemen
anda sendiri?
Nah, kita menginginkan
kebebasan untuk menerapkan keinginan kita sendiri, kita ingin bebas. Namun
jangan lupa juga bahwa orang lain pun memiliki pemikiran yang sama dengan kita.
Sekarang pilihannya hanya ada 2, apakah hati nurani anda yang menahan kebebasan
anda, atau hukum yang berbicara. Disinilah “Gerakan Pramuka” berusaha keras
untuk membingkai tentang moral dan etika manusia, yang mana hal itu penuh
dengan dalil-dalil hak kebebasan warga negara.
Tujuan Utama Pramuka
Tujuan utama
Gerakan Pramuka adalah membentuk karakter muda-mudi, dimana dalam kebebasannya
sebagai warga negara itulah mereka sadar bahwa mereka hidup di dalam sebuah
bangsa yang bukan hanya menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya secara
ketat, namun juga menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai
dasar dan tiang dari negara Indonesia dengan tak kalah ketatnya.
Karakter apa yang dibentuk?
Karakter yang dibentuk adalah karakter Moral Pancasila, yang mana hal itu merupakan
kepribadian dari segenap bangsa Indonesia.
Cara kerja Pramuka Penegak harus seperti apa
dan bagaimanakah?
Beda cara
kerja Penggalang dan Penegak, tercermin dari sumpah Trisatya. Untuk
Penggalang, Trisatya nomor 2 berbunyi: “ .... mempersiapkan diri membangun
masyarakat”. Untuk Penegak, Trisatya nomor 2 berbunyi: “ .... ikut serta
membangun masyarakat”
Dengan kata lain,
seorang Penegak mulai dan langsung terjun ambil bagian dalam mengisi
peran-peran sosial di masyarakat. Kebebasan individu yang harus sejalan dengan
kebebasan bersama.
PANCASILA
ADALAH SEJATINYA KEPRIBADIAN SEGENAP BANGSA INDONESIA. GERAKAN
PRAMUKA BERUSAHA UNTUK MENYEMPURNAKANNYA DENGAN LAKU HIDUP DASA DHARMA PRAMUKA.
DASA DHARMA
PRAMUKA
(1) Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa === Taqwa
kepada Tuhan menumbuhkan kepribadian yang optimistis dan tidak mudah menyerah. Manusia
menjadi yakin terhadap kemampuan terbaik yang dimilikinya sehingga mudah untuk
mengaktualisasikan bakatnya tersebut.
(2) Cinta Alam dan Kasih Sayang
Sesama Manusia === Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
menumbuhkan kepribadian yang selalu mengayomi, menjaga, merawat, dan
melindungi. Bahkan dalam hal perbedaan paham atau keyakinan, aspek lingkungan
hidup dan aspek nilai-nilai kemanusiaan tetap dijunjung tinggi
(3) Patriot Yang Sopan dan Ksatria === Patriot
yang sopan berarti seorang warga negara yang cinta pada tanah airnya dan
menunjukkan kecintaannya itu dengan cara-cara yang elegan (intelektual).
Ksatria berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kerendahan hati dan bukannya
sombong atau arogan.
(4) Patuh dan Suka Bermusyawarah === Patuh
dan suka bermusyawarah menumbuhkan sikap ketaatan dalam koridor profesionalisme
kerja (rantai komando) sehingga senantiasa dituntut untuk menghargai saran dari
atasan maupun bawahan. Saran dan kritik ini nantinya dituangkan melalui forum
atau musyawarah untuk mencari kata mufakat/sepakat.
(5) Rela Menolong dan Tabah == Rela
menolong dan tabah menumbuhkan kepribadian Altruisme, yakni keyakinan bahwa
menolong orang lain yang menderita dan membutuhkan uluran tangan justru akan
membuat diri kita semakin kaya, rejeki bukannya berkurang malah bertambah.
(6) Rajin, Terampil, dan Gembira === Rajin,
terampil, dan gembira merangsang atau menstimulasi otak untuk mengadakan
kreatifitas dalam berbagai macam bidang. Kreativitas
akan datang, justru pada saat kita merasa bahagia dan gembira dengan menjalani hidup
yang kita inginkan(passion).
(7) Hemat, Cermat, dan Bersahaja === Hemat,
cermat, dan bersahaja menumbuhkan sikap yang kritis (bagi diri sendiri)
sehingga selalu dituntut untuk teliti, akurat, dan sempurna dalam hal mengatur
diri sendiri maupun mengatur orang lain sebagai bekal di masa mendatang.
(8) Disiplin, Berani, dan Setia === Disiplin,
berani, dan setia mengembangkan watak manusia yang kuat, sehingga mampu untuk
dapat bangkit kembali dalam menghadapi segala macam tantangan dan kegagalan
(resistensi). Selain itu, mampu menumbuhkan sikap loyalitas kepada institusi
secara khusus, dan kepada negara secara umum.
(9) Bertanggungjawab dan Dapat
Dipercaya === Bertanggungjawab dan dapat dipercaya,
merupakan “sokoguru” dari perilaku hidup jujur. Setiap individu memahami betul
bahwa kepercayaan dari orang lain terhadap dirinya merupakan bagian dari harga
diri dan martabatnya, yang mana harus dijaga baik-baik.
(10) Suci Dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan === Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan membentuk kepribadian yang otentik (asli), tidak mengada-ada, tidak personae (topeng kepalsuan), dan selalu terbuka. Kepribadian ini nantinya mengarahkan manusia kepada perilaku yang sesuai dengan tuntutan budaya lingkungan setempat (kearifan budaya lokal).






Materi yang luar biasa, tentang filosofi dalam Pramuka
BalasHapusBoleh dong ada materi Pramuka lain yang ada hubungan sama filosofi
BalasHapusKami usahakan untuk mengirim materi-materi seperti ini. Terimakasih atas masukannya.
HapusMantap kakak
BalasHapusTerimakasih kakak
Hapus