Rabu, 22 November 2023

PEMBENTUKAN KARAKTER, MORAL, DAN ETIKA DALAM PRAMUKA


Tema : Pembentukan Karakter Fundamental Pancasila

Judul : "Moral dan Etika Dalam Laku Hidup Pramuka Penegak"



Oleh : Kak Willy Sohlehudin, S.Psi


SALAM PRAMUKA !!!

Apakah itu moral dan apakah itu etika? Terlebih dahulu haruslah kita mengerti maksud dari kedua kata tersebut, dan apa hubungannya dengan jati diri kita sebagai Pramuka Penegak. Dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) tingkat Penegak Bantara dan Laksana, nilai-nilai moral dan etika benar-benar diprioritaskan menjadi standar kompetensi siswa didik.

Sebagai contoh untuk Bantara:

  1. SKU Bantara nomor 1 menuntut siswa didik untuk dapat memahami makna-makna hidup beragama sesuai dengan agama yang dianut masing-masing siswa didik. Itu adalah ajaran Moral.
  2. SKU Bantara nomor 2 sampai 4 menuntut siswa untuk mampu mengamalkan hidup bersosial melalui musyawarah yang sehat. Itu adalah ajaran Etika.
  3. SKU Bantara nomor 6 menuntut siswa untuk dapat memberikan kontribusi bagi kelangsungan hidup Gugus Depan melalui Dana Bhakti, dengan ketentuan bahwa Dana Bhakti tersebut diperoleh dari usaha sendiri. Itu adalah ajaran Etika.

Sebagai contoh untuk Laksana:

  1. SKU Laksana nomor 1 sama dengan Penegak Bantara.
  2. SKU Laksana nomor 2 sampai 4 menuntut siswa untuk dapat menjadi pengamat, pengambil keputusan, pemberi solusi, dan penengah (netral) dalam hidup bermusyawarah. Itu adalah Etika.
  3. SKU Laksana nomor 6 sama.
  4. SKU Laksana nomor 7 menuntut siswa untuk dapat mengimplementasikan nilai-nilai dasar kepemimpinan dan mampu menyusun risalah dari forum diskusi yang dipimpinnya. Itu adalah Etika.

Nah, sekarang pertanyaannya adalah apakah si “Moral” dan si “Etika” itu sama?

MORAL adalah nasihat-nasihat, khotbah, patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan, baik secara lisan atau tertulis. Biasanya isinya mengajarkan manusia untuk hidup baik dalam setiap perkataan dan perbuatan. Nah, ajaran moral itu datang karena ada “seseorang” atau “oknum” yang membuat serta menyebarkan ajaran itu, misalnya moral dan adat Jawa dibuat oleh raja-raja dan sultan-sultan Jawa dari jaman dahulu. Yang termasuk dalam kajian moralitas adalah Budaya, Agama, dan Status Sosial.

Lalu bagaimana dengan Etika?

ETIKA justru mencari jawaban terhadap hal-hal yang ada pada ajaran moral tadi. Etika adalah ilmu pengetahuan yang ilmiah, memiliki sebuah standar pengukuran yang jelas dan terstruktur, dan bukannya suatu ajaran. Selama ini, yang mengajarkan kita tentang bagaimana kita harus hidup di masyarakat bukanlah etika, tapi justru ajaran moral yang kita terima dari kecil. Disini, etika berusaha menggali, “Kenapa sih kok saya mengikuti ajaran selama ini? Apa sih maknanya saya melakukan ajaran moral bagi saya dan orang lain?”.

Dari segi menilai moral. Apa yang biasa orang lihat dan orang nilai, sejauh mana moral kita. Dilihat dari:

  1. Latar belakang keluarganya, pendidikan sejauh apa, taraf hidup (kaya & miskin), apa agamanya, bagaimana status sosialnya di masyarakat, ketaatannya dalam nilai-nilai budaya.
  2. Benar atau salahnya tindakan seseorang diukur dari aspek-aspek ini. Sifatnya lebih ortodoks dan konservatif, maksudnya terlalu kaku. Penilaian ini secara turun-temurun telah menjadi semacam kristal yang terus-menerus mengendap membentuk kristal baru.

Dari segi menilai etika. Apa yang biasa orang lihat dan orang nilai, sejauh mana etika kita. Dilihat dari:

Peraturan atau hukum yang telah ditetapkan sedemikian rupa. Sebagai contoh, Hukum Konstitusi adalah salah satu pegangan dan pedoman hidup bagi setiap orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika.

Benar atau salahnya seseorang diukur dari segi-segi hukum konstitusi yang telah ditetapkan dalam sebuah musyawarah yang berdasar pada undang-undang konstitusional. Sifatnya dinamis dan fleksibel seturut perkembangan jaman. Cepat datang, cepat pula surut atau digantikan dengan yang baru.

Pentingkah mempelajari “Moral” dan “Etika” bagi kita?

Jawabannya adalah, TERGANTUNG masing-masing individu ...

Sebagai contoh, apakah saya akan memberikan obat sakit bisul kepada orang yang tidak sakit bisul? Tentu tidak, sebab tidak ada kepentingannya ... percuma. Namun apabila saya berikan kepada orang yang memang sakit bisul, maka hal itu tepat, sebab si orang yang sakit bisul memang sadar bahwa dirinya sedang sakit bisul dan butuh obat penyembuh bisul (urgen).

SEKARANG MARILAH KITA BERTANYA PADA DIRI KITA SENDIRI ... KITA MERASA ATAU TIDAK BAHWA NEGARA KITA SEDANG SAKIT? APAKAH SEDANG SAKIT YANG KRONIS, KOMPLIKASI, AMPUTASI, CACAT, ATAU BAHKAN BISA MATI PERLAHAN?

Maka yang menjadi tajuk pertanyaan kita dalam kehidupan Gerakan Pramuka ini adalah, ... Apakah kita mau hidup di negara ini dengan “ala kadarnya” ?!?! ... ataukah kita mau menjalani hidup di negara ini dengan “makna-makna hidup” berbangsa dan bernegara yang penuh dengan keindahan ?!?! ... lalu apa saja penyakit di negara kita?

Jika kita lihat bersama, banyak kasus-kasus di media massa mengenai tindak-tindak pidana pemerkosaan anak dibawah umur, pembunuhan sadis, orangtua membunuh anaknya sendiri, anak membunuh orangtuanya sendiri, main hakim sendiri (contoh kasus pembakaran seorang yang diduga pencuri amplifier masjid oleh massa), tindak bullying mayoritas terhadap minoritas, tindak makar, tindak korupsi, narkoba, pembegalan sadis yang tidak mengenal belas kasihan, kesenjangan yang sangat bertolak belakang antara warga negara yang kaya dan yang miskin, premanisme merajalela, dan lain sebagainya.

Apakah kita mau menjadi bagian dari “penyakit-penyakit” ini ??? ...


Lalu apa sih urgensinya belajar moral dan etika? Apa sih pentingnya sampai kami harus belajar dan memahami betul-betul tentang laku hidup ber-moral dan ber-etika?

Pertama: Kita hidup dalam masyarakat yang pluralistis, berbeda suku/etnis, agama, ideologi, tatanan masyarakat, dan sebagainya. Otomatis kita akan mendapatkan banyak sekali pendapat-pendapat atau pandangan argumentasi dari banyak orang, dan setiap orang akan mengklaim atau mengatakan bahwa pendapatnya itu benar. Kita yang ada ditengah-tengah situasi tersebut mau berbuat apa? ...

Kedua: Kita hidup dalam perkembangan globalisasi yang dinamakan “Modernisasi”. Dahulu tidak ada alat canggih macam Smartphone, Tab, Android, Laptop, dan sebagainya. Sekarang sangat berbeda, bahkan di penjuru pelosok-pelosok desa ataupun pulau terpencil pun sudah memiliki barang canggih. Otomatis persaingan untuk menjadi orang yang “up to date” bermunculan, dimulai dengan gadget baru, baju baru (fashion), kendaraan baru, memiliki pasangan hidup yang mapan, dll. Nah, hal-hal ini membuat manusia jadi semakin serakah/tamak, konsumerisme, individualisme, materialisme, dan sebagainya. Yang mana semuanya itu mengubah total tradisi tatanan budaya maupun agama.

Ketiga: Bahaya yang paling parah adalah, akan bermunculan orang-orang yang mulai menawarkan “jalan pintas” menuju kebahagiaan dan kemakmuran hidup. Mereka ini (oknum-oknum) menawarkan ideologi mereka, sebagai ideologi yang membebaskan umat manusia dari penderitaan, mengaku-ngaku sebagai “satrio piningit” dan membuat orang lain tertarik untuk mengikutinya.


Perhatikan gambar tabel diatas ini. Di dalam menerapkan hidup moral dan etika bernegara, hal yang sangat penting untuk dikendalikan dan diatur adalah KEBEBASAN INDIVIDU. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap warga negara untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan, selama hal itu pun juga diatur dalam undang-undang (secara konstitusi), misalnya hak untuk memeluk agama atau memilih agama (apabila sudah dewasa), hak untuk memperoleh keamanan (Polisi & TNI), hak untuk berkeluarga dan memiliki keturunan, hak untuk menjadi pegawai negara, hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, hak untuk mengkritisi pemerintah, dll. Negara menjamin kemerdekaan atau kebebasan warga negara ini seluas-luasnya.

Namun apakah kebebasan ini juga tidak beresiko? ...

Contoh Cerita Kebebasan Individu (1)

Kemarin malam saya makan di warteg (warung tegal) depan kampus, saat saya selesai makan saya bertanya pada pemilik warteg berapa jumlah harga makanan yang saya makan, dan harga seluruhnya adalah Rp. 20.000; termasuk minuman. Saya sodorkan uang Rp. 50.000; dan si pemilik warteg memberikan saya kembaliannya. Saya langsung ambil uang itu tanpa menghitung dulu jumlahnya (karena buru-buru). Saat di jalan, saya menghitung bahwa si pemilik warteg memberikan uang kembalian sejumlah Rp. 80.000; dan saya terkejut, “Si pemilik warteg mengira uang yang saya bayar Rp. 100.000; maka dia berikan saya uang kembalian Rp. 80.000”. Dari situ saya berpikir, “Wah, rejeki nih, udah makan enak dikasih duit lagi sama pemilik warteg”. Tapi tiba-tiba ada yang menegur saya dari dalam hati, “Janganlah kamu begitu, jujurlah! Coba pikirkan si pemilik warteg tadi yang mengalami kerugian, dia bekerja dengan halal untuk mencukupi keluarganya! Tegakah kamu?”.

Contoh Cerita Kebebasan Bersama (2)

Anda punya flat apartemen pribadi seluas 30 kali 20 meter. Lalu anda pasang lagu “Seize The Day” dari grup band Avenged Sevenfold dengan volume yang sangat keras sekali. Tetangga sebelah apartemen kiri dan kanan anda datang serta marah-marah dan mengatakan bahwa anda mengganggu kenyamanan orang lain, anda balas berkata, “Lho, suka-suka saya dong, ini kan di dalam apartemen saya!”. Tiba-tiba satu jam kemudian anda digelandang ke kantor security dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum. Nah, apakah itu kebebasan bagi anda? Salahkah anda? Padahal anda menyetel lagu itu di flat apartemen anda sendiri?

Nah, kita menginginkan kebebasan untuk menerapkan keinginan kita sendiri, kita ingin bebas. Namun jangan lupa juga bahwa orang lain pun memiliki pemikiran yang sama dengan kita. Sekarang pilihannya hanya ada 2, apakah hati nurani anda yang menahan kebebasan anda, atau hukum yang berbicara. Disinilah “Gerakan Pramuka” berusaha keras untuk membingkai tentang moral dan etika manusia, yang mana hal itu penuh dengan dalil-dalil hak kebebasan warga negara.


Tujuan Utama Pramuka

Tujuan utama Gerakan Pramuka adalah membentuk karakter muda-mudi, dimana dalam kebebasannya sebagai warga negara itulah mereka sadar bahwa mereka hidup di dalam sebuah bangsa yang bukan hanya menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya secara ketat, namun juga menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dan tiang dari negara Indonesia dengan tak kalah ketatnya.

Karakter apa yang dibentuk?

Karakter  yang dibentuk adalah karakter Moral Pancasila, yang mana hal itu merupakan kepribadian dari segenap bangsa Indonesia.

Cara kerja Pramuka Penegak harus seperti apa dan bagaimanakah?

Beda cara kerja Penggalang dan Penegak, tercermin dari sumpah Trisatya. Untuk Penggalang, Trisatya nomor 2 berbunyi: “ .... mempersiapkan diri membangun masyarakat”. Untuk Penegak, Trisatya nomor 2 berbunyi: “ .... ikut serta membangun masyarakat”

Dengan kata lain, seorang Penegak mulai dan langsung terjun ambil bagian dalam mengisi peran-peran sosial di masyarakat. Kebebasan individu yang harus sejalan dengan kebebasan bersama.

PANCASILA ADALAH SEJATINYA KEPRIBADIAN SEGENAP BANGSA INDONESIA. GERAKAN PRAMUKA BERUSAHA UNTUK MENYEMPURNAKANNYA DENGAN LAKU HIDUP DASA DHARMA PRAMUKA.



DASA DHARMA PRAMUKA


(1) Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa === Taqwa kepada Tuhan menumbuhkan kepribadian yang optimistis dan tidak mudah menyerah. Manusia menjadi yakin terhadap kemampuan terbaik yang dimilikinya sehingga mudah untuk mengaktualisasikan bakatnya tersebut.

(2) Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia === Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia menumbuhkan kepribadian yang selalu mengayomi, menjaga, merawat, dan melindungi. Bahkan dalam hal perbedaan paham atau keyakinan, aspek lingkungan hidup dan aspek nilai-nilai kemanusiaan tetap dijunjung tinggi

(3) Patriot Yang Sopan dan Ksatria === Patriot yang sopan berarti seorang warga negara yang cinta pada tanah airnya dan menunjukkan kecintaannya itu dengan cara-cara yang elegan (intelektual). Ksatria berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kerendahan hati dan bukannya sombong atau arogan.

(4) Patuh dan Suka Bermusyawarah === Patuh dan suka bermusyawarah menumbuhkan sikap ketaatan dalam koridor profesionalisme kerja (rantai komando) sehingga senantiasa dituntut untuk menghargai saran dari atasan maupun bawahan. Saran dan kritik ini nantinya dituangkan melalui forum atau musyawarah untuk mencari kata mufakat/sepakat.

(5) Rela Menolong dan Tabah == Rela menolong dan tabah menumbuhkan kepribadian Altruisme, yakni keyakinan bahwa menolong orang lain yang menderita dan membutuhkan uluran tangan justru akan membuat diri kita semakin kaya, rejeki bukannya berkurang malah bertambah.

(6) Rajin, Terampil, dan Gembira === Rajin, terampil, dan gembira merangsang atau menstimulasi otak untuk mengadakan kreatifitas dalam berbagai macam bidang. Kreativitas akan datang, justru pada saat kita merasa bahagia dan gembira dengan menjalani hidup yang kita inginkan(passion).

(7) Hemat, Cermat, dan Bersahaja === Hemat, cermat, dan bersahaja menumbuhkan sikap yang kritis (bagi diri sendiri) sehingga selalu dituntut untuk teliti, akurat, dan sempurna dalam hal mengatur diri sendiri maupun mengatur orang lain sebagai bekal di masa mendatang.

(8) Disiplin, Berani, dan Setia === Disiplin, berani, dan setia mengembangkan watak manusia yang kuat, sehingga mampu untuk dapat bangkit kembali dalam menghadapi segala macam tantangan dan kegagalan (resistensi). Selain itu, mampu menumbuhkan sikap loyalitas kepada institusi secara khusus, dan kepada negara secara umum.

(9) Bertanggungjawab dan Dapat Dipercaya === Bertanggungjawab dan dapat dipercaya, merupakan “sokoguru” dari perilaku hidup jujur. Setiap individu memahami betul bahwa kepercayaan dari orang lain terhadap dirinya merupakan bagian dari harga diri dan martabatnya, yang mana harus dijaga baik-baik.

(10) Suci Dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan === Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan membentuk kepribadian yang otentik (asli), tidak mengada-ada, tidak personae (topeng kepalsuan), dan selalu terbuka. Kepribadian ini nantinya mengarahkan manusia kepada perilaku yang sesuai dengan tuntutan budaya lingkungan setempat (kearifan budaya lokal).

5 komentar:

Berikan Komentar :

DIRGAHAYU GERAKAN PRAMUKA KE-64 & DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-80

  HUT Gerakan Pramuka ke-64 tahun 2025 14 Agustus 1961 14 Agustus 2025 HUT Republik Indonesia ke-80 tahun 2025 17 Agustus 1945 17 Agustus 20...